Pages

Selasa, 29 Januari 2013

Proposal Penelitian


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JAWA MELALUI 
METODE DISKUSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KUTOWINANGUN
(REVISI)

Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Suharti




Oleh:
1.            Retno Anggraeni               (07205244041)
2.            Dhidhik Setiabudi             (07205244042)
3.            Rengga Mustikaningsih    (07205244045)
4.            Anggun Dwi Cahyani       (07205244047)
5.            Akhmad Syahid                (07205244055)



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Tindak komunikasi merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dari manusia sebagai makhluk social. Setiap saat manusia melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai cara. Dalam bergaul dan berinteraksi manusia mengalami proses komunikasi yang tidak selalu dilakukan secara sadar. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi harus senantiasa dilatih agar manusia dapat merasakan manfaat dari hasil komunikasi itu sendiri.
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan komponen utama untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Hendrakus (1991 : 17) menyatakan bahwa didalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh yang memiliki kepribadian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindutrian, perekonomian, dan bidang social, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan.
Keterampilan berbahasa disekolah dilakukan sesuai dengan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang kebermaknaannya dalam berkomunikasi bersifat menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar akan sesuai fungsi dan konteks serta dapat mengkondisikan siswa agar menggunakan bahasa untuk belajar.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Jawa.
Siswa akan mampu berkomunikasi dengan baik jika mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Ada 4 keterampilan yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Jawa, yaitu: keterampilan mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara bersifat produktif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis bersifat reseptif. Dalam pelaksanaannya keterampilan berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut kesiapan, mental, dan keberanian siswa untuk tampil didepan orang lain.
Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang  ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang mengalami penurunan.  Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri.
Salah satu media yang dapa dipilih untuk meningkakan kemampuan berbicara bahasa jawa adalah dengan cara mengadakan diskusi. Media diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak.

B.       Identifikasi Masalah
BerdaSarkan latar belakang masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:
1.            Kesulitan-kesulitan guru untuk mengajarkan ketrampilan berbicara dalam Bahasa Jawa.
2.            Kesulitan-kesulitan siswa saaat belajar berbicara bahasa Jawa berlangsung.
3.            Upaya guru untuk mengatasi kesuitan belajar berbicara bahasa Jawa.
4.            Kesulitan pemanfaatan media sebagai alternatife untuk meningkatkan kosakata siswa.

C.      Pembatasan Masalah
 Untuk menghindari meluasnya permasalahan maka penulis membatasi permasalahan pada :” Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Jawa Melalui Metode Diskusi Kelas X SMA Negeri I Kutowinangun”.

D.      Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka penulis merumuskan masalah :
1.            Adakah peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jawa melalui metode diskusi kelas X SMA Negeri I Kutowinangun?
2.            Seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menggunakan bahasa Jawa?

E.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa melalui metode diskusi siswa kelas X SMA Negeri I Kutowinangun.

F.       Manfaat Penelitian
Mengingat pentingnya penelitian ini dalam berbgai faktor, maka manfaat penelitian iini ditijau dari dua segi, yaitu
1.            Secara Teoritis
1.            Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan metode diskusi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas X SMA.
2.            Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori pembelajaran bahasa Jawa kelas X SMA guna meningkatkan berbicara siswa di SMA.
3.            Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan metode bagi guru guna mengembangkan pembelajaran berbicara kelas X SMA melalui metode diskusi, kemudian dapat menjadi alternative cara belajar berbicara yang efektif dan tepat bagi siswa, serta dapat menjadi sumbangan ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berbicara yang lebih baik bagi sekolah.


BAB II
KAJIAN TEORI



A.    Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengungkapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagsan serta perasaan (Tarigan, 1981:15). Kemapuan berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, isi hati dalam suatu forum yanh dalam hal ini berlandaskan pada metode diskusi. Memiliki kemampuan berbicara akan sangat membantu kemampuan berbicara secara individual.
Dengan berbicara seseorang berusaha unuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan.Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa bicara orang akan tidak dapat saling berinteraksi dengan sesamannya dan akan terkucilkan dari lingkungannya.
Untuk berkomunikasi dengan sesamanya manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan dari pada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena itu bicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.

B.     Pengertian Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discuties atau discution yang artinya bertukar pikiran. Diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Tarigan, 1997:7,13). Sejalan dengan hal itu Hendrikus (1991:96) mengemukakan bahwa diskusi berasal dari bahasa latin discutere yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa diskusi mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang melibatkan orang banyak yang pada akhir diskusi pendengar diharapkan mempunyai pandangan dan hasil pemikiran bersama tentang sebuah masalah yang menjadi pokok diskusi tersebut.

C.    Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Metode Diskusi.
Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang  ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X sekarang mengalami penurunan.  Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Jawa siswa SMA kelas X harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Jawa tetap bisa dan tetap digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri.  Dalam pembelajaran bahasa Jawa metode diskusi dapat dijadikan pilihan, khususnya untuk pembelajaran ketrampilan berbicara.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa dengan metode diskusi dapat dimulai dengan memilih topik yang dapat memuat banyak pembicaraan yang mencakup banyak kosa kata bahasa Jawa. Guru mempersiapkan tema diskusi yang sedang banyak dibicarakan oleh siswa. Kemudian Siswa dibagi kedalam kelompok kemudian dipersiapkan untuk berdiskusi menggunakan bahasa Jawa. Metode ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah pengetahuan kosa kata bahasa Jawa yang dimilikinya, sehingga akan meningkat pula kemamuan berbicara bahasa Jawanya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN




A.    Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk, dan oleh kelas sasaran dengan memanfaatkan interaksi, kolaborasi antara peneliti dengan kelas sasarandalam hal ini siswa. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi professional pendidikan yang dinamakan guru. Oleh karena itu pendekatan tindakan kelas merupakan salah satu cara strategis memperbaiki meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks dan atau dalam peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan dalam masyarakat yang dapat berubah. Desain penelitian tindakakn kelas terdiri dai (1) komponen perencanaan, (2) tindakan dan pengamatan dan (3) refleksi (Depdikbud, 1992:1)

B.     Sumber Data Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Kutowinangun dengan jumlah 40 siswa.

C.    Teknik Pengumulan Data
Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik evaluasi. Menurut Arikunto (1995:23), secara garis besar penelitian pendidikan dapat digolongkan mencadi dua macam, yaitu test dan non test. Non test meliputi skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara dan riwayat hidup. Dari berbagai teknik penelitian tersebut penelitian ini akan menggunakan alat evaluasi sebagai berikut:

1.Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal tersebut untuk mengawasi peningkatan kemampuan berbicara bahasa jawa selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam melakukan pengamata dibantu oleh kolaborator, dalam hal ini guru bahasa Jawa dan guru pengampu matapelajaran bahasa jawa.

2.Test
Menurut suharsini (1996:138), test merupakan serentetan perntayaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Test tersebut berupa test praktek sesorah menggunakan bahasa jawa dilakukan dengan cara setiap siswa maju ke depan kelas untuk membaca sesorah. Test tersebut berupa pre tes dan post test. Pre test dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Pre test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

D.    Instrumen Penelitian
Menurut Suharsini (1996:150), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Ada aspek pokok yang dijadikan criteria penilaian, yaitu pemilihan kata, intonasi, pelafalan, unggah-ungguh, dan kelancaran.



Table 1. Skor Penilaian
No
Aspek penilaian
Bobot skor
Skor Kategori
baik
cukup
kurang
1.
2.
3.
4.
5.
Pilihan kata
Intonasi
Pelafalan
Unggah-Ungguh
Kelancaran
3
2
2
2
1
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
Jumlah
10




Sumber : http://pendekarjawa.wordpress.com/proposal-penelitian-pendidikan/

Konvensi Naskah


Konvensi adalah suatu (seperti amalan, tingkah laku, ciri-ciri) yang sudah disepakati dengan meluasnya dan dipatuhi. Naskah adalah suatu teks yang berisi aturan, alur cerita di dalam suatu dialog (Penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati).

Maka yang dimaksud dengan konvensi naskah adalah penulisan naskah karangan ilmiah yang berdasarkan kebiasaan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati. Konvensi penulisan naskah yang sudah lazim mencangkup aturan pengetikan, pengorganisasian materi utama, pengorganisasian materi pelengkap, bahasa, dan kelengkapan penulisan lainnya.


Perbedaan Naskah Formal, Semi-Formal, dan Non-Formal :

Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.

Jadi dapat disimpulkan perbedaan dari konvensi naskah formal, semi formal, dan non formal terletak pada sub babnya. Dimana terdapat sub-sub bab naskah formal yang tidak dipakai atau digunakan dalam naskah semi formal dan non formal.


MACAM-MACAM KONVENSI
      1.     Formal
     Suatu  karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh oleh konvensi
      2.    Semi-formal
      Bila sebuah karangan tidak memenuhi persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi
      3.    Non-formal
      Bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.


Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal .Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi menjadi 3 :

Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu:

  • Bagian pelengkap pendahuluan
  • Isi karangan
  • Bagian pelengkap penutup.
Bagian Pelengkap Pendahuluan

                Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Bagian pelengkap pendahuluan terdiri dari :

a.    Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b.   Halaman Judul
c.    Halaman Persembahan (kalau ada)
d.   Halaman Pengesahan (kalau ada)
e.   Kata Pengantar
f.    Daftar Isi
g.    Daftar Gambar (kalau ada)
h.   Daftar Tabel (kalau ada)

Bagian Isi Karangan

Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri. Bagian isi karangan terdiri dari :

a.    Pendahuluan
b.   Tubuh Karangan
c.    Kesimpulan


Bagian Pelengkap Penutup

Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah. Bagian pelengkap penutup terdiri dari B
a.    Daftar Pustaka (Bibliografi)
b.   Lampiran (Apendix)
c.    Indeks
d.   Riwayat Hidup Penulis

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul :
  • Judul diketik dengan huruf kapital
  • Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat
  • Nama penulis ditulis dengan huruf kapital
  • Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo
  • Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi , jurusan, fakultas, universitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal :

  • Komposisi tidak menarik
  • Tidak estetik
  • Hiasan gambar tidak relevan
  • Variasi huruf jenis huruf
  • Kata "ditulis (disusun) oleh"
  • Kata "NIM/NRP"
  • Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi
  • Kata-kata yang berisi slogan
  • Ungkapan emosional
  • Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi



SUMBER :
http://echanfebriharvandha.blogspot.com/2012/11/konvensi-naskah.html